Saturday 17 September 2016



Macam-Macam Majas dan Contohnya
 
Sudah tahu belum apa itu Majas ? Kalau belum tahu mari kita bahas bersama Macam-Macam Majas dan Contohnya. Buat adik-adik yang mencari pengertian maajas dan contohnya, yuk dibaca dan disimak ya.. biar nilai tetang materi majasnya dapet seratus. Semangat belajar untuk memahami majas ya.
Majas adalah Gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran si pengarang.

Macam-Macam Majas dan Contohnya :
1)      Majas Metafora adalah Gabungan dua hal yang berbeda yang dapat membentuk suatu pengertian baru.

Contoh : Raja siang, kambing hitam,
Kalau baju hitam dan baju merah itu bukan contoh dari metafora ya!

2)      Majas Alegori adalah Majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan yang utuh.

Contoh : Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
Kalau cowok jadi kumbang, madunya itu si gadis! Bisa jadi

3)      Majas Personifikasi adalah Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat – sifat manusia kepada benda, sehingga benda mati seolah-olah hidup.

Contoh : Awan menari – nari di angkasa, baru saja berjalan 8 km mobilnya sudah batuk – batuk,
Dan tentunya pena bergoyang dan kertas tegeletak damai.

4)      Majas Perumpamaan ( Majas Asosiasi ) adalah Suatu perbandingan dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

Contoh : Bagaikan harimau pulang kelaparan, seperti menyulam di kain yang lapuk, seperti mencari jarum di padang pasir susah banget ya? Apalagi kalau mencari mutiara di gurun panas banget deh!

5)      Majas Antilesis adalah Gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang berlawanan.
Contoh : Air susu dibalas air tuba, kalau air kopi di balas dengan air putih gimana?

6)      Majas Hiperbola adalah Suatu gaya bahasa yang bersifat melebih – lebihkan.
Contoh : Ibu terkejut setengah mati, ketika mendengar anaknya kecelakaan. Kalau asap kebakaran menjulang kelangit dan menyelimuti bumi gimana?

7)      Majas Ironi adalah Gaya bahasa yang bersifat menyindir dengan halus.
Contoh : Bagus sekali tulisanmu, sampai – sampai tidak bisa dibaca. Tempat tidurmu speerti kapal pecah, itu juga ironi!

8)      Majas Litotes adalah Majas yang digunakan untuk mengecilkan kenyataan dengan tujuan untuk merendahkan hati.

Contoh : Mampirlah ke gubuk saya ( Padahal rumahnya besar dan mewah ), makulm saja saya hanya buruh tani! (padahal pemilik 2 hektar kebun, awa luar biasa!

9)      Majas Sinisme adalah Majas yang menyatakan sindiran secara langsung.

Contoh : Perilakumu membuatku kesal, jangan dilakukan kalau kamu tidak ingin saya marahi!

10)  Majas Oksimoron adalah Majas yang antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
Contoh : Cinta membuatnya bahagia, tetapi juga membuatnya menangis. Kalau madu ditangan kananmu dan gula ditangan kirimu itu bukan oksimoron!

11)  Majas Metonimia adalah Majas yang memakai merek suatu barang.
Contoh : Kami ke rumah nenek naik kijang, ya one heart itu udah bisa dipahami kalau itu merek Honda!

12)  Majas Alusio adalah Majas yang mepergunakan peribahasa / kata – kata yang artinya diketahui umum.
Contoh : Upacara ini mengingatkan aku pada proklamasi kemerdekaan tahun 1945. Cari yang lain ya untuk contohnya!

13)  Majas Eufemisme adalah Majas yang menggunakan kata – kata / ungkapan halus / sopan.
Contoh : Para tunakarya itu perlu diperhatikan, ada tunarungu, tunawisma dan banyak yang lainya!

14)  Majas Elipsis adalah Majas yang manghilangkan suatu unsure kalimat.
Contoh : Kami ke rumah nenek ( penghilangan predikat pergi ), ya bagian dari struktur kalimat ada yang dhilangka tapi jangan dihilangkan semuanya, baik S,P,O,K!

15)  Majas Inversi adalah Majas yang dinyatakan oleh pangubahan suatu kalimat.
Contoh : Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia

16)  Majas Pleonasme adalah Majas yang menggunakan kata – kata secara berlebihan dengan maksud untuk menegaskan arti suatu kata.
Contoh : Mari naik ke atas agar dapat meliahat pemandangan, perlu pemahaman yan lebih untuk mengerti tentang pleonase3.

17)  Majas Antiklimaks adalah Majas yang menyatakan sesuatu hal berturut – turut yang makin lama makin menurun.
Contoh : Para bupati, para camat, dan para kepala desa, disebutin semuanya ya!

18)  Majas Klimaks adalah Majas yang menyatakan beberapa hal berturut – turut yang makin lama makin mendebat.
Contoh : Semua anak – anak, remaja, dewasa, orang tua dan kakek, jadi intinya dari bawah ke atas.

19)  Majas Retoris adalah Majas yang berupa kalimat tanya yang jawabanya sudah diketahui.
Contoh : Siapakah yang tidak ingin hidup ?, ngapain bertanya kalau enggak untuk dijawab, tapi memang perlu bertanya karena untuk diri sendiri dan setiap pertanyaan memang disemuanya harus dijawab.

20)  Majas Aliterasi adalah Majas yang memanfaatkan kata – kata yang bunyi awalnya sama.
Contoh : Inikah Indahnya Impian ?, puitis sekali deh!

21)  Majas Antanaklasis adalah Majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh : Ibu membawa buah tangan, yaitu buah apel merah. Ya, buat kalimat ang lainnya ya!

22)  Majas Repetisi adalah Majas perulangan kata – kata sebagai penegasan.
Contoh : Selamat tinggal pacarku, selamat tinggal kekasihku

23)  Majas Paralelisme adalah Majas perulangan sebagaimana halnya repetisi, disusun dalam baris yang berbeda.
Contoh : Hati ini biru Hati ini lagu Hati ini debu

24)  Majas Kiasmus adalah Majas yang berisi perulangan dan sekaligus mengandung inverse.
Contoh : Mereka yang kaya merasa miskin, dan yang miskin merasa kaya.

25)  Majas Simbolik adalah Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan dengan benda – benda lain.
Contoh : Dia menjadi lintah darat

26)  Majas Antonomasia adalah Majas yang menyebutkan nama lain terhadap seseorang yang berdasarkan cirri / sifat menonjol yang dimilikinya.
Contoh : Si pincang, Si jangkung, Si kribo

27)  Majas Tautologi adalah Majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata – kata yang sama artinya ( bersinonim ) untuk mempertegas arti.
Contoh : Saya khawatir dan was – was dengannya

Nah, untuk contoh dan pengertian bleh di copas, kalau tidak faham silahkan bertanya pada guru masing-masing ya, biar tidak salah faham repot deh nantinya!

Macam-Macam Majas dan Contohnya!

Sunday 16 March 2014

Tidak jauh berbeda dengan penulis yang lain, bagaimana cara merawat kacer agar gacor.
Berikut ulasannya.

  • mandikan setiap pagi dengan cara semprot pakai spray atau jika memungkinkan berilah keramba/ cepuk agar burung lebih leluasa mandinya(baiknya menggunakan keramba) yaitu pada sekitar jam 8-an atau tergantung situasi.
  • Bersihkan kandang setiap hari termasuk buang kotoran burung, ganti atau tambahkan makanan, ganti air minum dan usahakan berilah air minum burung dengan air yang sudah dimasak atau bisa juga dengan air kemasan atau air mineral. Hal yang kedua ini filakukan selagi burung berada di keramba.
  • Lakukan penjemuran selama kurang lebih 1 jam atau lebih jika matahari benar-benar cerah dan oleh lebih lama apabila kondisi matahari tidak begitu cerah. normalnya rekan-rekan yang lain sekira pukul 08.00-10.00 Wib.
  • Sediakan makanan yang cukup seperti voer yang berkualitas, karena pada makanan kemasan terebut terdapat kandungan vitamin, protein dan zat lain yang dibutuhkan oleh burung.
  • Berilah makanan tambahan pada burung atau yang lebih dikenal dengan (EF: Extra Fooding) seperti jangkrik setiap pagi 2 - 3 ekor dan sore demikian juga 2-3 ekor, bisa juga ditambah dengan ulat hongkong cukup satu sendok makan untuk 2-3 hari.
  • Lakukan pemasteran suara, baik melalui suara burung secara langsung dengan burung-burung yang memang spesialis untuk master burung kacer, atau juga bisa di master dengan suara burung dalam bentuk MP3 yang bisa di unduh dari internet.
  • Terakhir yang tidak kalah penting adalah buatlah suasana di sekitar rumah diusahakan ramah terhadap burung artinya jangan sampai burung merasa tidak nyaman, terganggu dengan adanya hewan pengganggu, seperti: kucing, anjing, tikus, dll, maka kalo bisa hal seperti itu diusahakan untuk dihindari demi kenyamanan burung, karena akan berpengaruh pada fisik dan psikis si burung itu sendiri dan secara tidak langsung akan mempengaruhi seni dan kualitas suara dan ocehan si burung.

Perawatan Kacer agar Gacor



Memiliki hewan peliharaan merupakan dambaan setiap orang, terlebih memiliki hewan yang menjadi hobi. ada yang hobi kucing, anjing, burung, kelinci, dll. Seperti baru-baru ini, hobi yang mulai digeluti rekan saya, ia mulai memelihara burung kacer. Namanya pemula, pasti banyak pertanyaan bagaimana mencari kacer yang baik, cara memlihara, dll. Memang tidak mudah untuk mencari kacer yang baik, berikut saran dan/ atau tips yang pernah saya berikan kepada rekan untuk membeli kacer yang baik.



  1. Gender; Pilihlah Kacer jantan yang mempunyai kicauan lebih merdu. cirinya adalah pada
    jantan, bulu hitam pada kepala dan dada mengkilat, sementara yang betina berwarna abu-abu.
  2. Paruh; Faktor kedua yang bisa anda jadikan panduan dalam memilih burung kacer adalah bentuk paruhnya. Di sarankan anda memilih kacer yang memiliki paruh berpangkal lebar, panjang dan besar.
    Pastikan juga memilih burung yang lubang hidungnya dekat dengan matanya. Saya sangat tidak menyarankan untuk memilih burung kacer yang mempunyai paruh yang bengkok. Biasanya kicauannya kurang begitu bagus.
  3. Kepala; Salah satu cara memilih burung kacer adalah memperhatikan bentuk kepala dan matanya. Jika kepalanya kotak dan matanya bundar, besar dan melotot. Berarti burung ini siap untuk bertarung.
  4. Bentuk Tubuh; Bakalan burung kacer yang baik memiliki tubuh yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Leher, kaki dan ekornya pun terlihat cocok atau proporsional. Saya juga tidak menyarankan anda memilih bakal burung yang memiliki leher dan tubuh yang pendek.
  5. Sayap dan Kaki; Jika anda mencari bakal burung yang sehat, pilihlah kacer yang memiliki sayap yang mengepit dengan rapat dan kakinya bisa mencengkeram dengan kuat. Jika anda berpatokan pada warna kaki, sebetulnya tidak bisa di jadikan patokan untuk memilih burung kacer. Ada baiknya anda memilih bakal burung yang mempunyai kaki yang kering dan besar. Bakal burung yang memiliki sifat aktif atau lincah adalah bakal burung kacer yang sehat dan mempunyai mental yang bagus.
Semoga bermanfaat bagi rekan-rekan. Ditunggu saran dan berbagi infonya.

Diadptasikan dari web ini http://www.proviantaudio.com/2014/01/cara-memilih-burung-kacer.html

Tips Memilih Kacer yang Baik

Friday 14 March 2014

Menempa ilmu di Perguruan Tinggi sangat didambakan bagi lulusan-lulusan SMA dan/atau SMK. Tak mengherankan, banyak siswa lulusan SMA dan/atau SMK mencari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang difavoritkan banyak orang, mulai dari bertanya rekan; lulusan mana, dan mencari/googling PTN mana yang meluluskan sarjana yang berkompeten. Menurut lembaga survei (Webometrics) yang telah melakukan penilaian, sepuluh Universitas terbaik di Indonesia dengan menggunakan dua faktor, yaitu Visibility (Impact) dan Activity (Presence, Openess, dan Excellent) adalah sebagai berikut.
  1. Universitas Gadjah Mada (UGM) resmi didirikan pada tanggal 19 Desember 1949 dan merupakan Universitas yang bersifat nasional. Selain itu Universitas Gadjah Mada juga berperan sebagai pengemban Pancasila dan Universitas pembina di Indonesia Pada saat didirikan, Universitas Gadjah Mada hanya memiliki enam fakultas, sekarang memiliki 18 Fakultas, satu sekolah Pascasarjana (S-2 dan S-3), dan satu Sekolah Vokasi. Universitas Gadjah Mada termasuk universitas yang tertua di Indonesia, berlokasi di Kampus Bulaksumur Yogyakarta. Sebagian besar fakultas dalam lingkungan Universitas Gadjah Mada terdiri atas beberapa jurusan/bagian dan atau program studi. Kegiatan Universitas Gadjah Mada dituangkan dalam bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri atas Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
  2. Institute Teknologi Bandung (ITB) didirikan pada tanggal 2 Maret 1959. Kampus utama ITB saat ini merupakan lokasi dari sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia. Walaupun masing-masing institusi pendidikan tinggi yang mengawali ITB memiliki karakteristik dan misi masing-masing, semuanya memberikan pengaruh dalam perkembangan yang menuju pada pendirian ITB. Sejarah ITB bermula seja awal abad kedua puluh, atas prakarsa masyarakat penguasa waktu itu. Gagasan mula pendirianya terutama dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang menjadi sulit karena terganggunya hubungan antara negeri Belanda dan wilayah jajahannya di kawasan Nusantara, sebagai akibat pecahnya Perang Dunia Pertama. De Techniche Hoogeschool te Bandung berdiri tanggal 3 Juli 1920 dengan satu fakultas de Faculteit van Technische Wetenschap yang hanya mempunyai satu jurusan de afdeeling der Weg en Waterbouw.
    Didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi semangat perjuangan Proklamasi Kemerdekaan serta wawasan ke masa depan, Pemerintah Indonesia meresmikan berdirinya Institut Teknologi Bandung pada tanggal 2 Maret 1959 . Berbeda dengan harkat pendirian lima perguruan tinggi teknik sebelumnya di kampus yang sama, Institut Teknologi Bandung lahir dalam suasana penuh dinamika mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi sendiri bagi kehidupan dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat.
    Kurun dasawarsa pertama tahun 1960-an ITB mulai membina dan melengkapi dirinya dengan kepranataan yang harus diadakan. Dalam periode ini dilakukan persiapan pengisian-pengisian organisasi bidang pendidikan dan pengajaran, serta melengkapkan jumlah dan meningkatkan kemampuan tenaga pengajar dengan penugasan belajar ke luar negeri.
    Kurun dasawarsa kedua tahun 1970-an ITB diwarnai oleh masa sulit yang timbul menjelang periode pertama. Satuan akademis yang telah dibentuk berubah menjadi satuan kerja yang juga berfungsi sebagai satuan sosial-ekonomi yang secara terbatas menjadi institusi semi-otonomi. Tingkat keakademian makin meningkat, tetapi penugasan belajar ke luar negeri makin berkurang. Sarana internal dan kepranataan semakin dimanfaatkan.
    Kurun dasawarsa ketiga tahun 1980-an   ditandai dengan kepranataan dan proses belajar mengajar yang mulai memasuki era modern dengan sarana fisik kampus yang makin dilengkapi. Jumlah lulusan sarjana makin meningkat dan program pasca sarjana mulai dibuka. Keadaan ini didukung oleh makin membaiknya kondisi sosio-politik dan ekonomi negara.
    Kurun dasawarsa keempat tahun 1990-an perguruan tinggi teknik yang semula hanya mempunyai satu jurusan pendidikan itu, kini memiliki dua puluh enam Departemen Program Sarjana, termasuk Departemen Sosioteknologi, tiga puluh empat Program Studi S2/Magister dan tiga Bidang Studi S3/Doktor yang mencakup unsur-unsur ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bisnis dan ilmu-ilmu kemanusiaan.
  3. Universitas Indonesia (UI) Universitas Indonesia adalah kampus modern, komprehensif, terbuka, multi budaya, dan humanis yang mencakup disiplin ilmu yang luas. UI saat ini secara simultan selalu berusaha menjadi salah satu universitas riset atau institusi akademik terkemuka di dunia. Sebagai universitas riset, upaya-upaya pencapaian tertinggi dalam hal penemuan, pengembangan dan difusi pengetahuan secara regional dan global selalu dilakukan. Sementara itu, UI juga memperdalam komitmen dalam upayanya di bidang pengembangan akademik dan aktifitas penelitian melalui sejumlah disiplin ilmu yang ada dilingkupnya.

    UI berdiri pada tahun 1849 dan merupakan representasi institusi pendidikan dengan sejarah paling tua di Asia. Telah menghasilkan lebih dari 400.000 alumni, UI secara kontinyu melanjutkan peran pentingnya di level nasional dan dunia. Bagaimanapun UI tidak bisa melepaskan diri dari misi terkininya menjadi institusi pendidikan berkualitas tinggi, riset standar dunia dan menjaga standar gengsi di sejumlah jurnal internasional nomor satu.
    Secara geografis, posisi kampus UI berada di dua area berjauhan, kampus Salemba dan kampus Depok. Mayoritas fakultas berada di Depok dengan luas lahan mencapai 320 hektar dengan atmosfer green campus karena hanya 25% lahan digunakan sebagai sarana akademik, riset dan kemahasiswaan. 75% wilayah UI bisa dikatakan adalah area hijau berwujud hutan kota dimana di dalamnya terdapat 8 danau alam. Sebuah area yang menjanjikan nuansa akademik bertradisi yang tenang dan asri.
  4. Universitas Airlangga (UNAIR) Sejarah Universitas Airlangga berawal dari cikal-bakal lembaga pendidikan Nederlands Indische Artsen School (NIAS) dan School Tot Opleiding van Indische Tandartsen (STOVIT), masing-masing didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1913 dan 1928. Setelah masa pergolakan kemerdekaan sempat terganggu kelancarannya, pada tahun 1948 pemerintah pendudukan Belanda mendirikan Tandheelkunding Instituut yang merupakan cabang Universiteit van Indonesie Jakarta dan membuka kembali NIAS dengan nama Faculteit der Geneeskunde yang juga sebagai cabang Universiteit van Indonesie Jakarta.
    Pemerintah Republik Indonesia baru resmi membuka Universitas Airlangga Surabaya yang merupakan lembaga pendidikan tinggi pertama di kawasan timur Indonesia – pada tahun 1954. Peresmian Universitas Airlangga dilakukan oleh Presiden RI pertama, Dr. Ir. Soekarno, yang bertepatan dengan peringatan hari Pahlawan yang ke-9, tanggal 10 November 1954. Secara legal pendiriannya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 57/1954.
  5. Universitas Padjadjaran (UNPAD)
    Pada tahun 1950-an, di Bandung sebenarnya telah ada perguruan tinggi seperti Fakultas Teknik dan Fakultas MIPA yang merupakan bagian dari Universitas Indonesia (UI) dan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). Namun, masyarakat menghendaki sebuah universitas negeri yang menyelenggarakan pendidikan dari berbagai disiplin ilmu. Perhatian pemerintah daerah dan pemerintah pusat sangat besar terhadap perlu adanya universitas negeri di Bandung, terutama setelah Bandung dipilih sebagai kota penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955.
    Oleh karena itu, pada tanggal 14 Oktober 1956 terbentuklah Panitia Pembentukan Universitas Negeri (PPUN) di Bandung. Pembentukan PPUN tersebut berlangsung di Balai Kotapraja Bandung. Pada rapat kedua tanggal 3 Desember 1956, panitia membentuk delegasi yang terdiri dari Prof. Muh. Yamin, Mr. Soenardi, Mr. Bushar Muhammad, dan beberapa orang tokoh masyarakat Jawa Barat lainnya. Tugas delegasi adalah menyampaikan aspirasi rakyat Jawa Barat tentang pendirian universitas negeri di Bandung kepada Pemerintah, DPR Kabupaten dan Kota Besar Bandung, Gubernur Jawa Barat, Presiden UI, Ketua Parlemen, Menteri PPK, bahkan kepada Presiden Republik Indonesia.
    Delegasi berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga pemerintah melalui SK Menteri PPK No. 11181/S tertanggal 2 Februari 1957, memutuskan membentuk Panitia Negara Pembentukan Universitas Negeri (PNPUN) di Kota Bandung.
    Pada tanggal 25 Agustus 1957 dibentuk Badan Pekerja (BP) dan PNPUN tersebut yang diketuai oleh R. Ipik Gandamana, Gubernur Jawa Barat. BP dibentuk dengan tujuan untuk mempercepat proses kelahiran UN tersebut. Hasil dari BP adalah lahirnya Universitas Padjadjaran (Unpad) pada hari Rabu 11 September 1957, dikukuhkan berdasarkan PP No. 37 Tahun 1957 tertanggal 18 September 1957 (LN RI No. 91 Tahun 1957).
    Kemudian berdasarkan SK Menteri PPK No. 91445/CIII tertanggal 20 September , status dan fungsi BP diubah menjadi Presidium Unpad yang dilantik oleh Presiden RI tanggal 24 September 1957 di kantor Gubernuran Bandung.
    Adapun nama “Padjadjaran” diambil dari nama Kerajaan Sunda, yaitu Kerajaan Padjadjaran yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi atau Prabu Dewantaprana Sri Baduga Maharaja di Pakuan Padjadjaran (1473-1513 M). Nama ini adalah nama yang paling terkenal dan dikenang oleh rakyat Jawa Barat, karena kemashuran sosoknya di antara raja-raja yang ada di tatar Sunda ketika itu.
    Pada saat berdirinya, Unpad terdiri dari 4 fakultas: Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Fakultas Ekonomi (keduanya berawal dari Yayasan Universitas Merdeka di Bandung), Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan (FKIP, penjelmaan dari PTPG di Bandung), dan Fakultas Kedokteran.
    Pada 18 September 1960, dibuka Fakultas Pendidikan Jasmani (FPJ) sebagai perubahan dari Akademi Pendidikan Jasmani. Pada tahun 1963-1964, FPJ dan FKIP melepaskan diri dari Unpad dan masing-masing menjadi Sekolah Tinggi Olah Raga dan Institut Keguruan & Ilmu Pendidikan (IKIP, sekarang Universitas Pendidikan Indonesia).
    Dalam kurun waktu 6 tahun, di lingkungan Unpad bertambah 8 fakultas yakni: Fakultas Sosial Politik (13 Oktober 1958, sekarang FISIP), Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA, 1 November 1958), Fakultas Sastra (1 November 1958, kini menjadi Fakultas Ilmu Budaya), Fakultas Pertanian (Faperta, 1 November 1959), Fakultas Kedokteran Gigi (FKG, 1 November 1959), Fakultas Publisistik (18 September 1960, sekarang menjadi Fikom), Fakultas Psikologi (FPsi, 1 September 1961), dan Fakultas Peternakan (Fapet, 27 Juli 1963).
    Tahun 2005, Unpad membuka 3 fakultas baru Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK, 8 Juni 2005), Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan (FPIK, 7 Juli 2005), dan Fakultas Teknik Industri Pertanian (FTIP, 13 September 2005).
    Selama 2 tahun kemudian, Unpad meningkatkan status 2 jurusan di FMIPA, yaitu Jurusan Farmasi menjadi Fakultas Farmasi  (17 Oktober 2006), serta Jurusan Geologi menjadi Fakultas Teknik Geologi (FTG, 12 Desember 2007).
    Dalam rangka meningkatkan performa universitas, pada 7 September 1982, Unpad membuka Fakultas Pascasarjana. Fakultas ini menyelenggarakan pendidikan jenjang S-2 (Program Magister) dan S-3 (program Doktor). Pada perkembangan selanjutnya, Fakultas Pascasarjana statusnya berubah menjadi Program Pascasarjana. Sebagai upaya memenuhi tenaga-tenaga terampil ahli madya, maka Unpad juga menyelenggarakan pendidikan Program Diploma (S-0) untuk beberapa bidang ilmu.
    Kepemimpinan di Unpad pun mengalami perkembangan, baik para pejabat, struktur, maupun bentuk organisasinya. Kepemimpinan yang pertama berbentuk presidium, dengan ketua R. Ipik. Gandamana, Wakil Ketua R. Djusar Subrata, serta Sekretaris Mr. Soeradi Wikantaatmadja dan R Suradiradja.
    Selanjutnya pad 6 November 1957 diangkat Presiden Unpad yaitu Mr. Iwa Koesoemasoemantri, berdasarkan SK Presiden RI No. 14/M/1957, tertanggal 1 Oktober 1957. Pengambilan sumpah dilakukan di Istana Negara. Dalam pelaksanaan tugasnya, Presiden Unpad didampingi Senat Universitas dengan Sekretaris Prof. M. Sadarjun Siswomartojo, Kusumahatmadja, dan Mr. Bushar Muhammad.
    Sejak 1963, sebutan Presiden Universitas diubah menjadi Rektor dan sebutan Sekretaris Universitas atau Kuasa Presiden diubah menjadi Pembantu Rektor.
    Adapun susunan pejabat Rektor Unpad sejak awal berdirinya hingga sekarang sebagai berikut.:
    1957-1961                 Prof. Iwa Koesoemasoemantri, S.H.
    1961-1964                 Prof. R. G. Soeria Soemantri, drg.
    1964-1966                 Moh. Sanusi Hardjadinata
    1966-1973                 Prof. R. S. Soeria Atmadja
    1973-1974                 Prof. Dr. Muchtar K., S.H., LL.M.
    1974-1982                 Prof. Dr. Hindersah Wiraatmadja
    1982-1990                 Prof. Dr. Yuyun Wirasasmita, M.Sc.
    1990-1998                 Prof. Dr. H. Maman P. Rukmana
    1998-2007                 Prof. Dr. H. A. Himendra Wargahadibrata, dr., Sp.An., KIC
    2007-sekarang           Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA.

    Kampus Jatinangor

    Terinspirasi oleh “Kota Akademik Tsukuba”, Rektor keenam Unpad, Prof. Dr. Hindersah Wiraatmadja menggagas “Kota Akademis Manglayang”, yang terletak di kawasan kaki Gunung Manglayang.
    Konsep tersebut menjawab permasalahan kampus Unpad yang tersebar di 13 lokasi yang berbeda sehingga menyulitkan koordinasi dan pengembangan daya tampung, selain untuk meningkatkan produktivitas, mutu lulusan, dan pengembangan sarana/prasarana fisik.
    Sejak tahun 1977, Unpad merintis pengadaan lahan yang memadai dan tahun 1979 baru disepakati dengan adanya penunjukkan lahan bekas perkebunan di Jatinangor.
    Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 593/3590/1987, kawasan itu meliputi luas 3.285,5 Hektar, terbagi dalam 7 wilayah peruntukkan. Khusus untuk Unpad, wilayah pengembangan kampus di Jatinangor mencakup 175 h.
    Secara bertahap, Unpad telah mulai memindahkan kegiatan pendidikannya ke Jatinangor sejak 1983, yang diawali oleh Fakultas Pertanian. Kemudian diikuti oleh fakultas-fakultas lainnya yang ada di lingkungan Unpad. Pada 5 Januari 2012, gedung Rektorat Unpad resmi pindah ke Jatinangor.
  6. Universitas Brawijaya (UNBRAW) diresmikan sebagai Universitas Negeri pada tahun 1963. Saat ini UB merupakan salah satu universitas negeri yang terkemuka di Indonesia yang mempunyai jumlah mahasiswa lebih dari 50 ribu orang dari berbagai strata mulai program Diploma, Program Sarjana, Program Magister dan Program Doktor selain Program Spesialis tersebar dalam 12 Fakultas dan 4 program pendidikan setara fakultas. Kampus UB berada di kota Malang Jawa Timur, dengan lokasi yang mudah terjangkau oleh kendaraan umum. Kampusnya sangat asri karena banyaknya pepohonan dan ditunjang oleh hawa sejuk kota Malang. Sejarah membuktikan keberadaan Kota Malang sebagai kota pendidikan tempat UB tumbuh dan berkembang pesat. Ini tidak terjadi dengan sendirinya tapi seakan merupakan proses sejarah yang tidak terpisahkan dari kejayaan Jawa Timur di masa lampau.
    Nama Universitas Brawijaya diberikan oleh Presiden Republik Indonesia melalui kawat nomor 258/K/61 tanggal 11 Juli 1961. Nama ini berasal dari gelar Raja-Raja Majapahit yang merupakan kerajaan besar di Indonesia pada abad 12 sampai 15. Universitas Brawijaya dinegerikan berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 196 tahun 1963 dan berlaku sejak 5 Januari 1963. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari lahir (Dies Natalis) Universitas Brawijaya. Perjalanan Universitas Brawijaya sebelum dinegerikan diawali pada tahun 1957 di Malang berdiri cabang Universitas Sawerigading Makassar yang hanya terdiri dari dua fakultas yaitu Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1960 diganti namanya menjadi Universitas Kotapraja Malang. Dibawah naungan Universitas tersebut beberapa bulan berikutnya terdapat tambahan dua fakultas yaitu Fakultas Administrasi Niaga (FAN) dan Fakultas Pertanian (FP). Universitas Kotapraja Malang inilah yang kemudian diganti namanya menjadi Universitas Brawijaya.
    Pada saat dinegerikan, Universitas Brawijaya hanya mempunyai 5 fakultas yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ketatanegraan dan Ketataniagaan (FKK merupakan perluasan dari FAN dan saat ini namanya adalah Fakultas Ilmu Administrasi - FIA), Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP). FKHP kemudian dipecah menjadi dua fakultas pada tahun 1973, yaitu Fakultas Peternakan (FPt) yang berada di Universitas Brawijaya dan Fakultas Kedokteran Hewan yang berada dibawah naungan Universitas Airlangga. Fakultas Teknik (FT) berdiri tahun 1963 berdasarkan Surat Keputusan Menteri PTIP nomor 167 tahun 1963 tertanggal 23 Oktober 1963.
    Berdasarkan SK Presiden Nomor 59 tahun 1982 tanggal 7 September 1982 tentang struktur organisasi Universitas Brawijaya, Fakultas Perikanan (FPi) menjadi fakultas tersendiri karena sejak tahun 1977 digabung menjadi satu dengan Fakultas Peternakan dengan nama Fakultas Peternakan dan Perikanan. Sebagai catatan bahwa Fakultas Perikanan telah berdiri sejak tahun 1963 di Probolinggo yang merupakan Jurusan dari FKHP Universitas Brawijaya. Fakultas Kedokteran (FK) secara resmi berada di bawah Universitas Brawijaya sejak tahun 1974 setelah sejak berdirinya tahun 1963 dibawah Yayasan Perguruan Tinggi Jawa Timur. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), diresmikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0371/O/1993 tanggal 21 Oktober 1993. Universitas Brawijaya menambah satu lagi fakultas yaitu Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) yang merupakan peningkatan satus dari Jurusan Teknologi Pertanian yang sebelumnya berada di Fakultas Pertanian.
    Lagu Hymne Brawijaya diciptakan oleh seorang mahasiswa FKHP Yanardhana pada tahun 1963, sedangkan Mars Universitas Brawijaya diciptakan oleh Lilik Sugiarto tahun 1996. Kedua lagu ini masih digunakan sampai sekarang.
  7. Universitas Diponegoro (UNDIP) Sekitar awal tahun 1950-an masyarakat Jawa Tengah pada umumnya dan masyarakat Semarang khususnya, membutuhkan kehadiran sebuah universitas sebagai pelaksana pendidikan dan pengajaran tinggi. Hal itu untuk membantu pemerintah dalam menangani dan melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pada waktu itu di Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta hanya memiliki Universitas Gajah Mada yang berstatus sebagai universitas negeri.
    Jumlah lulusan SMU di Jawa Tengah bagian utara yang akan melanjutkan pendidikan tinggi di universitas makin meningkat, namun karena masih sangat terbatasnya universitas yang ada, sehingga tidak semua lulusan dapat tertampung. Menyadari akan kebutuhan pendidikan tinggi yang semakin mendesak, kemudian dibentuk Yayasan Universitas Semarang dengan Akte Notaris R.M. Soeprapto No. 59 tanggal 4 Desember 1956 sebagai langkah awal didirikannya universitas di Semarang dengan nama Universitas Semarang.
    Beberapa tokoh yang memprakarsai berdirinya Universitas Semarang diantaranya Mr. Imam Bardjo, waktu itu menjabat Kepala Kejaksaan atau Pengawas Kejaksaan-Kejaksaan di Jawa Tengah dan Yogyakarta, Mr. Sudarto, Mr. Soesanto Kartoatmodjo, dan Mr Dan Soelaiman, ketiganya jaksa di Semarang.
    Sedangkan beberapa tokoh yang ditetapkan pertama kali sebagai pengurus yayasan dalam akte notaris, sebagai Ketua Mr. Soedarto, Wakil Ketua Mr. Dan Soelaiman, Panitera Mr. Soesanto Kartoatmodjo, Bendahara Tuan Achmad Tjokrokoesoemo, Pembantu Mr. Imam Bardjo, Mr. Goenawan Goetomo, Mr. Tan Tjing Hak, dan  Mr. Koo Swan Ik.
    Pendirian Universitas Semarang ternyata mendapat tanggapan dan bantuan dari berbagai pihak, khususnya masyarakat Semarang, Pemda Propinsi Jawa Tengah, serta Pemkot Semarang. Secara resmi Universitas Semarang dibuka pada tanggal 9 Januari 1957, sebagai Presiden Universitas diangkat Mr. Imam Bardjo. Waktu itu beliau juga memberikan mata kuliah umum Hak-hak Azasi Manusia.
    Mengingat usianya yang masih sangat muda dengan sarana dan prasarana pendidikan yang masih sangat terbatas, maka pada waktu itu baru dapat dibuka Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat. Sebagai dekan pertama, Mr. R. Soebijono Tjitrowinoto. Kemudian pada tanggal 1 Maret 1957 dibuka pendidikan Akademi Administrasi Negara yang kemudian berubah menjadi Fakultas Sosial dan Politik, dengan dekan pertama Mr. R. Goenawan Goetomo.
    Akademi Tata Niaga atau yang sekarang menjadi Fakultas Ekonomi dibuka pada tanggal 21 September 1958, sebagai dekan pertama, Dr. Tjioe Sien Kiong. Sedangkan pendidikan Akademi Teknik, yang kemudian menjadi Fakultas Teknik, dibuka pada tanggal 20 Oktober 1958, dengan dekan pertama, Prof. Ir. R. Soemarman.

    Akademi Teknik

    Pendirian Akademi Teknik tak terlepas dari jasa Prof. Dr. Ir. Jakub Rais, M.Sc, mantan Caretaker Rektor UNDIP periode Oktober 1965 sampai Desember 1966. Sejak tahun 1956, Prof. Jakub Rais,  sudah  tinggal di Semarang sebagai Kepala Kantor Pendaftaran Tanah. Ia alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Teknik Universitas Indonesia, di Bandung, kini menjadi ITB, pada akhir 1955. Di masa penjajahan dulu disebut kantor itu disebut Kadaster dan kini dinamakan Badan Pertahanan Nasional.
    Pada tahun 1957,  ada suatu peristiwa yang mengubah sama sekali jalan hidupnya. Suatu sore, ia mengantar istrinya ke Toko “De Zon” di Jalan Bojong, kini menjadi pasar swalayan. Ia berdiri di luar toko, di bawah tiang  listrik. Ketika ia melihat orang berlalu lalang, ada seseorang yang telah ia kenal sebelumnya sebagai Menteri Agraria periode 1955/1956, yaitu Mr. R. Gunawan Gutomo.
    Dalam pertemuan itu, Mr. Gunawan mengajaknya untuk bergabung dengan sekelompok para sarjana hukum dari kantor kejaksaan di Semarang yang telah mendirikan Universitas Semarang. Mereka yaitu, Imam Barjo SH, Soedarto SH, Soesanto Kartoatmojo, SH, dan Sulaiman, SH. Sedang Mr. Gunawan  dari Pengadilan Negeri Semarang, dan pernah menjadi Jaksa Agung di masa Presiden Soekarno. Mr Gunawan memintanya  mendirikan Akademik Teknik. Waktu  itu Universitas Semarang terdiri dari akademi-akademi, antara lain Akademi Tata Niaga dan Akademi Tata Negara.
    Gagasan di bawah tiang listrik dan di tepi jalan  itu membuatnya berpikir dan akhirnya terasa terpanggil untuk menindak lanjuti gagasan Akademi Teknik ini. Ketika itu umurnya 29 tahun. Ia kebetulan mempunyai teman, Ir.Moeljadi Banuwidjojo, kini sudah meninggal, Kepala Dinas Kehutanan di Semarang, yang sama-sama bergabung dalam Rotary Club Semarang. “Saya dan Moeljadi kemudian merancang suatu pertemuan dengan beberapa insinyur sipil dari Dinas Pekerjaan Umum Jawa Tengah,” ungkap Prof Jakub Rais. 
    Beberapa teman juga dihubunginya, seperti Ir. Oesman Djojodinoto, Ir. Ibnu, Ir. Lie Kok Gwan, pengusaha juga anggota Rotary Club), Ir. Oei Djwee Hwie, Ir. Sunardi dan Ir. Tjoa Teng Kie. Ir. Sunardi kemudian  menjadi pegawai negeri UNDIP dan guru besar di Fakultas Teknik UNDIP. Seorang insinyur sipil di Jawatan Kereta Api, Ir. Imam Subarkah, juga diajaknya bergabung. Dan kebetulan Kepala Jawatan Umum  waktu itu adalah Prof. Ir. Soemarman, gurubesar luar biasa Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada.
    Beliau dengan senang hati bergabung untuk mendirikan Akademik Teknik Universitas Semarang. Jumlah insinyur di kota Semarang hanya ada sembilan orang pada tahun 1958. Sebagian besar lulusan TH Bandung di zaman Belanda dan TH Delft di negeri Belanda, dan sembilan insinyur itulah yang  menyusun kurikulum sampai tingkat bakaloreat.
    Dengan selesainya kurikulum maka pas tanggal 1 September 1958 berdirilah Akademi Teknik Universitas Semarang, Jurusan Teknik Sipil dengan Prof. Ir. Sumarman sebagai Dekan dan Jacub Rais sebagai Sekretaris, yang  mendapat tunjangan jabatan sebesar Rp. 500. Mahasiswa pertama sebanyak 15 orang dan kuliah dilakukan di beberapa lokasi, karena belum ada gedung, kadang-kadang di gedung bioskop,  rumah di Jalan Beringin (kantor Yayasan Universitas Semarang) dan kemudian  mendapat gedung tetap bekas bioskop di Jalan MT. Haryono No. 427 milik Pepekuper Teritorium  IV, sebagai kampusnya
    Perkuliahan dilakukan pada sore hari juga dengan meminjam sebuah gedung di sekitar Tugu Muda (saat ini menjadi gedung Wisma Perdamaian). Berikutnya pada periode yang lebih mapan Fakultas Teknik pindah ke “Gedung Putih“ di Kampus Pleburan / Jl. Hayam Wuruk. Pada tahun 1996 sampai dengan sekarang Kampus Fakultas Teknik Universitas Diponegoro pindah ke Tembalang, yang dibangun melalui proyek Six Universities Development and Rechabilitation (SUDR). 
    Sejak Universitas Diponegoro diresmikan sebagai perguruan tinggi negeri pada tanggal 15 Oktober 1960, Fakultas Teknik sebagai pencetak sumber daya manusia yang berkualitas, terus mengembangkan diri dengan mendirikan Jurusan /Program Studi yang dibutuhkan masyarakat.  Jurusan Teknik Sipil  merupakan jurusan yang pertama, dengan Ketua Jurusan merangkap Dekan Fakultas Teknik pertama Prof. Ir. Soemarman. Jurusan Teknik Sipil terakreditasi A melalui SK BAN Perguruan Tinggi No. 021/BAN-PT/AK-VII/S1/VI2004. Pada tahun 1997 Jurusan Teknik Sipil melahirkan Program Magister Teknik Sipil (S2, dan pada bulan Juni 2004 ikut membidani berdirinya Program Doktor Teknik Sipil (S3).
    Pada tahun 1962, dibuka Jurusan Teknik Arsitektur dengan Ketua Jurusan pertama dijabat oleh Ir. Sidharta (sekarang Prof. Ir. Sidharta, yang telah pensiun). Jurusan Arsitektur terakreditasi A pada bulan Juni-2003. Jurusan Arsitektur juga  melahirkan Program Magister Teknik Arsitektur (S2) pada tahun 1998, dan bersama-sama Jurusan Pengembangan Wilayah dan Kota pada  tahun 2004 juga mendirikan  Program Doktor Teknik Arsitektur dan Perkotaan (PDTAP).
    Pada tahun 1965 dibuka Jurusan Teknik Kimia dengan Ketua Jurusan pertama dijabat oleh Ir. Nisyamhuri (kini sudah pensiun). Pada bulan September 2003 Jurusan Teknik Kimia telah terakreditasi A. Pada tahun 2005 juga melahirkan Program Magister Teknik Kimia (S2).
    Pada tahun 1969 dibuka Jurusan Matematika. Setelah menghasilkan banyak sarjana Matematika, mulai tahun 1988 Jurusan Matematika tidak lagi bernaung dibawah Fakultas Teknik, melainkan masuk menjadi satu Jurusan di Badan Pengelola MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) dan sekarang menjadi Fakultas MIPA.
    Pada tahun pertama Universitas Semarang dipimpin oleh Presiden Universitas Imam Bardjo, SH dan Wakilnya Soedarto, SH. Sangat disayangkan Imam Bardjo, SH meninggal dalam masa jabatanya dan diganti oleh Soedarto SH. Pimpinan universitas  waktu itu dinamakan Presiden Universitas dan pembantunya/wakilnya disebut Kuasa Presiden I (Akademis) dan Kuasa Presiden II (Administrasi dan Keuangan). Dalam masa kepemimpinan Soedarto SH, Jacub Rais diangkat sebagai Kuasa Presiden I.

    Menjadi Undip

    Dalam masa-masa itulah ada upaya-upaya Universitas Semarang menjadi Universitas Negeri Jawa Tengah dengan dukungan Pemerintah Daerah dan masyarakat, karena memang belum ada universitas negeri di provinsi ini. Sebagai Kuasa Presiden I, ia menyiapkan semua perangkat akademis yang disyaratkan, seperti adanya senat dan merubah akademi menjadi fakultas-fakultas serta mengangkat pinpinan fakultas. Namun, syarat utama yang paling penting adalah minimum harus ada dua tenaga tetap pegawai universitas.
    “Mas Darto, panggilan saya kepada Soedarto, SH,  mengajak saya bersama beliau untuk membuat pernyataan bersedia menjadi dosen atau pegawai universitas yang akan di negerikan kemudian. Karena itu pula saya menyampaikan surat kepada Jawatan Pendaftaran Tanah,” katanya. Akhirnya keluar juga Surat Keputusan Pelimpahannya dari Kementrian Agraria ke Departemen Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan (PTIP). Dan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 9197/UP/II/61 tanggal 1 Maret 1961 mengangkatnya sebagai Lektor Fakultas Teknik Universitas Semarang dengan pangkat/golongan F/III. Demikian juga Soedarto SH memperoleh surat lolos butuh dari kementeriannya, maka jadilah mereka berdua “cikal bakal” universitas negeri di Jawa Tengah.
    Dengan usaha keras bolak-balik ke Jakarta akhirnya panitia penegerian Universitas Semarang dapat bertemu dengan Presiden Soekarno pada tanggal 9 Januari 1960 dan beliau setuju menegerikan universitas swasta ini dan memberikan nama “Universitas Diponegoro”. Keputusan Presiden ini kemudian dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1961 dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan  No 101247/UU tanggal 3 Desember 1960. Keputusan tersebut berlaku surut mulai tanggal 15 Oktober 1960 dengan ketentuan tanggal tersebut merupakan Dies Natalis Undip.
    Penetapan tahun 1957 sebagai tahun berdirinya Undip, dengan memperhatikan realitas sejarah dimana Universitas Semarang sebagai universitas swasta - yang berdiri tahun 1957- merupakan embrio dari Undip sebagai universitas negeri. Penetapan Dies Natalis Undip tanggal 15 Oktober 1957, telah dinyatakan pada laporan Rektor Undip dalam Dies Natalisnya yang ke 13.
    Pada awalnya 9 Januari 1960, yaitu tanggal pada waktu Presiden Soekarno memberi nama Universitas Diponegoro diusulkan menjadi hari jadi UNDIP, namun akhirnya  kembali ditetapkan  tanggal 15 Oktober 1950 sebagai hari jadi, mengingat pada tanggal ini terjadi “pertempuran lima hari” selama revolusi fisik di kota Semarang. UNDIP memilih tanggal ini untuk meneruskan cita-cita pejuang kemerdekaan bangsa mengisi kemerdekaan dengan mencerdaskan bangsa. UNDIP adalah bentuk sumbangsih para penerus bangsa atas amanah yang ditinggalkan para pejuang kemerdekaan.
    Dari tahun 1960 sampai 1965, ia berturut-turut menjalankan tugas sebagai  Pembantu Rektor Bidang Akademis di masa Rektor  Prof Soedarto SH, kemudian di masa Presidium Universitas Diponegoro  dipimpin oleh Gubernur Mohtar di tahun 1963 dan kemudian di bawah Rektor, Prof. Soenaryo, SH (1964-1965). Ketika terjadi peristiwa G30S/PKI pada tanggal 30 September 1965, Rektor yang  setiap bulan hanya seminggu ada di Semarang, tidak datang ketika keadaan begitu kritis di  Semarang. Menteri Pendidikan ketika itu, Mashuri SH, meneleponnya dan menugaskannya untuk menjalankan tugas rektor dan segara menugaskan membersihkan UNDIP dari anasir-anasir G30S/PKI. Jadilah ia caretaker Rektor dan bersama  Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Kolonel dr Soewondo, mereka berdua bertemu Komandan KMKB, Kol. Munadi,  menyusun strategi membersihkan UNDIP dari anasir-anasir PKI. 
    Kampus UNDIP di Pleburan mempunyai riwayat tersendiri. Tanah di Pleburan harus dilikuidasi dari tanah partikulir (pertikoeliere landerijen) milik raja gula, Oei Tiong Ham di Semarang dan menjadi tanah negara pada tahun 1958. Tanah partikulir adalah tanah negara yang dijual oleh Gubernur Jenderal Daendels (1818-1825) kepada swasta. Untuk mengembangkan UNDIP, ia masih mencari tanah untuk kampus yang lebih luas. Pada waktu itu ia meneliti tanah Kalipancur, di Semarang Barat, bekas lapangan udara di zaman Belanda dan Jepang. Daerah ini suatu plateau yang indah, namun karena airnya harus ditarik dari Ungaran menyebabkan ia mencari alternatif lain.
    Alternatif kedua di Watugong, yang kini menjadi kantor Kodam IV/Diponegoro. Tanah tersebut terpotong oleh jalan ke Ungaran yang  juga tanah swasta  sangat luas sehingga harus dilikuidasi karena tidak sesuai dengan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960. Tanah itu sebagian besar sudah menjadi milik pribadi seorang dokter mata di Semarang.

    Kembangkan Diri

    Pada Dies Natalis ketiga, Universitas Semarang pada tanggal 9 Januari 1960, Presiden RI, Ir. Soekarno mengganti nama Universitas Semarang menjadi Universitas Diponegoro. Perubahan ini sebagai penghargaan terhadap Universitas Semarang atas prestasinya dalam pembinaan bidang pendidikan tinggi di Jawa Tengah.Universitas Diponegoro kemudian dinyatakan sebagai universitas negeri, terhitung mulai tanggal 15 Oktober 1960. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Universitas Diponegoro (Undip). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1961, Undip, meliputi Fakultas Hukum terdiri dari Bagian Hukum dan Bagian Sosial Politik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan cabangnya di Surakarta, yang kemudian menjadi IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Pada perkembangannya kemudian, atas dasar Surat Keputusan Presiden RI. No. 1 tahun 1963, IKIP Universitas Diponegoro melepaskan diri dan kemudian berdiri sendiri sebagai IKIP Negeri di Semarang dan IKIP Negeri di Surakarta.
    Fakultas  Ekonomi  Universitas Diponegoro lahir pada tanggal 14 Maret 1960, ketika  sedang  mempersiapkan diri sebagai Universitas Negeri.  Sebelum  terbentuk Fakultas  Ekonomi, yang ada di Undip adalah Akademi Tata Niaga yang merupakan kelanjutan dari Akademi Tata Niaga Universitas  Semarang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1961 Universitas (swasta) Diponegoro dinyatakan sebagai  Universitas Negeri terhitung mulai tanggal 15  Oktober 1960.  Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro pada  saat berdirinya mempunyai dua jurusan untuk  program gelar yaitu Jurusan Perusahaan dan Jurusan Umum dengan sistem  pendidikan yang disebut  sistem paket. Pada tahun akademik 1980/1981 sesuai dengan arahan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan diterapkan sistem pendidikan yang baru disebut sistem kredit. Di bawah sistem yang baru ini nama jurusan juga diubah, yaitu masing-masing menjadi Jurusan Manajemen dan Jurusan Ilmu  Ekonomi dan Studi Pembangunan.
    Sejak  tahun akademik 1982/1983 dibuka jurusan baru yaitu jurusan Akuntansi di bawah bimbingan  atau pembinaan Jurusan Akuntansi Universitas  Gadjah  Mada. Pada tahun 1986 sudah tidak di bawah  pembinaan dari Universitas Gadjah Mada. Dengan dileburnya Akademi  Administrasi  Niaga Negara (AANN) Semarang pada Fakultas  Ekonomi Universitas Diponegoro, mulai tahun 1975 dibuka program non gelar dengan nama Pendidikan  Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP) yang kemudian pada tahun 1982/1983 ditingkatkan menjadi Program  Diploma III Fakultas  Ekonomi. Saat ini Program  Diploma III mempunyai tiga program studi yaitu  Program Studi Akuntansi, Program Studi Kesekretariatan dan Program Studi Perpajakan.
    Kemudian pada tahun 1994 dibuka Program S1 Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro yang pada awal pendiriannya bernama Program Extension Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro yang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Diponegoro Nomor  281/SK/PT09/1993, tanggal 27 Oktober 1993 tentang Pembentukan Program Studi S1 Manajemen, Studi Pembangunan dan Akuntansi pada Program Extension Fakultas  Ekonomi  Undip.  Dengan keluarnya SK Ditjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor  369/DIKTI/Kep.1996 tentang Pembukaan Program Ekstensi dalam Program-program Studi Pembangunan, Manajemen dan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro yang  ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Juni 1996, maka pada awal semester genap tahun akademik 1996/1997 penggunaan istilah Program Extension  diganti dengan Program Ekstensi.
    Pada tahun 1994 dibuka Program Studi Magister  Manajemen (MM) yang penyelenggaraan kegiatannya berada di Fakultas Ekonomi, sedang pengelolaannya  ditangani oleh Program Pasca Sarjana Universitas  Diponegoro. Pada tahun 1999 dibuka Program Studi  Magister Akuntansi (M.Si), dan  tahun 2000 dibuka  Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi  Pembangunan (M.Si). Pada tahun 2002 dibuka  Program Doktor/ S-3 Ilmu Ekonomi, serta pada tahun 2003 telah dibuka Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA).Program gelar yaitu program sarjana menghasilkan sarjana untuk pertama kalinya dalam  tahun 1967. Antara tahun 1967 sampai dengan tahun 1977 dalam setiap tahunnya rata-rata 37 mahasiswa  dapat menyelesaikan studi sarjananya.Sejak berlakunya sistem semester penuh (Sistem  Paket) pada tahun 1978 jumlah lulusan Sarjana  Ekonomi meningkat menjadi 75 orang per  tahun.
    Setelah  diberlakukannya Sistem Kredit  Semester sejak tahun 1980 secara bertahap dan mulai  menghasilkan Sarjana Ekonomi sejak tahun 1984,  rata-rata lulusan adalah 180 orang per tahun. Sampai  dengan tanggal 31 Juli 2006 jumlah seluruh lulusan  program S1 sebanyak sebesar  8.826 orang. Sedangkan lulusan Program D III sampai dengan tanggal 31 Juli  2006 sebanyak 7.084  orang.
    Universitas Diponegoro terus mengembangkan diri dengan melengkapi fakultas-fakultas yang sangat dibutuhkan sebagai pencetak sumber daya manusia yang berkualitas sarjana. Dalam kurun waktu 1961-1970, Universitas Diponegoro telah berhasil mendirikan empat fakultas, yaitu Fakultas Kedokteran (1961), Fakultas Peternakan (1964), Fakultas Sastra (1965) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1965).
    Sampai saat ini ada 11 fakultas di Undip, yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Kedokteran, Fakultas Peternakan, Fakultas Sastra, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta Fakultas Psikologi.
  8. Institute Pertanian Bogor (IPB)
    Embryonic Phase(1941-1963)
    IPB's embryonic phase of development began with the existence of institutions of secondary and higher education in agriculture and veterinary medicine in the early 20th century in Bogor. Before World War II the secondary education institutions were known by the names: Middelbare Landbouw School, Middelbare Bosbouw School and Nederlandsch Indiche Veeartsen School.
    In 1940, the Dutch government founded an Institution of Agricultural Higher Education in Bogor with the name Landbouw Hogeschool, which later on 31October 1941 was called Landbowkundige Faculteit. However, it was closed during the Japanese occupation (1942-1945), while the Nederlandsch Indische Veeartsenschool (Veterinary School) remained to operate. But its name was changed to Bogor Zui Gakku (Bogor Veterinary School). In line with the period of independence in 1946, the Ministry of Prosperity, the Republic of Indonesia upgraded the Veterinary School in Bogor to College of Veterinary Medicine (PTKH).
    In 1947 the Institution of Agricultural Higher Education, Landbowkundige Faculteit was reopened under the name Faculteit Voor Landbouw-Wetenschappen, which had majors in Agriculture and Forestry. Meanwhile in 1948  PTKH or College of Veterinary Medicine  was changed to Faculteit voor Dierge neeskunde under Universiteit van Indonesie which later changed its name to University of Indonesia.
    In1950 Faculteit voor Landbouw-wetenschappen became Faculty of Agriculture, University of Indonesia, with three Departments, namely, Socio-Economics, Physical Sciences and Forestry and in 1957 the Department of Land Fishery was formed. Meanwhile, Faculteit voor Dieergeneeskunde was changed to Faculty of Veterinary Medicines under the University of Indonesia, and then in 1960 the name became Faculty of Veterinary Medicines and Animal Husbandry. In 1962 it became Faculty of Veterinary Medicine, Animal Husbandry of the University of Indonesia.
    Some important historical milestone known in the embryonic stage are:(1) the application of guided study system that replaced the free study system of, (2) the idea of building a new campus in Darmaga for Faculty of Agriculture, University of Indonesia, and (3) the application of the philosophy “Tridharma” of Higher Education which was originally applied in Faculty of Agriculture and the Faculty of Veterinary Medicine and Animal Husbandry of UI by Prof. Dr. Ir. Toyib Hadiwidjaja. Nationalization of Dutch companies in Indonesia entered the year 1960 and gave IPB  the opportunity to expand its campus land, so in addition to  Campuses of Barangangsiang, Taman Kencana, Gunung Gede and Cilibende, IPB also has Darmaga Campus, Garden of Pasir Sarongge, Garden of Sukamantri and Garden of Jonggol.
  9. Institute Teknologi Sepuluh November (ITS) In 1957, when PII East Java held the first lustrum, the idea was reemerged. As the result, dr. Angka Nitisastro, a doctor, along with several engineers of PII East Java decided to established Yayasan Perguruan Tinggi Teknik.
    Some of the reasons of the establishment of that organization are: Indonesia has broad land and abundant natural resources but they are still unutilized
  • There were needs of around 7000 engineers to do the development program and industry in Indonesia
  • The ratio of number of engineers in developed countries and other developing countries was much bigger than in Indonesia
At 17 August 1957, Yayasan Perguruan Tinggi Teknik (YPPT) was officially established, and chaired by dr. Agka Nitisastro.
This organization was established as a place to think the advanced actions and consider all consequences related to the decision making of establishing an engineering college in Surabaya.
At 10 November 1957, YPPT founded “PERGURUAN TEKNIK 10 NOPEMBER SURABAYA”, which was inaugurated by President Soekarno. Perguruan Tinggi Teknik 10 Nopember Surabaya only had two departments at that time, namely Civil Engineering and Mechanical Engineering.
After many years of hard work pioneered by YPPT, Perguruan Teknik 10 Nopember was changed to public institute, with the name of “INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER DI SURABAYA”.
Instititut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya which initially had only two departments, namely Civil Engineering and Mechanical Engineering, became to have five departments, namely Civil Engineering, Electrical Engineering, Mechanical Engineering, Naval Architecture and Shipbuilding Engineering and Chemical Engineering. Those departments then changed to be faculties. After that, with Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1961 (settled at 23 March 1961), it was decided that the first Dies Natalis of Institut Teknologi Sepuluh Nopember was at 10 November 1960.
In 1965, based on SK Menteri No. 72 Tahun 1965, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) opened two new faculties, namely, Faculty of Architecture Engineering and Faculty of Science. Since that, ITS has seven faculties which were spread across Surabaya, namely in Jalan Simpang Dukuh 11, Jalan Ketabang Kali 2F, Jalan Baliwerti 119-121, and Jalan Basuki  Rahmat 84 as the headquarter of ITS.
In 1972, Faculty of Civil Engineering moved to Jalan Manyar 8, so that ITS was widely spread. In late 1975, Faculty of Architecture Engineering moved to new campus at Jalan Cokroaminoto 12A Surabaya. In 1973, the headquarter of ITS moved to the same address. In 1973, the master plan for long-term period (20 years) development was developed as the guidance of ITS next development.
The master plan of ITS development drew interest of Asian Development Bank (ADB), which was then offered to lend the money of $ 25 million for the development of four faculties, namely Faculty of Civil Engineering, Faculty of Mechanical Engineering, Faculty of Electrical Engineering, and Faculty of Chemical Engineering.
In 1977, the fund from ADB was partly used to build Sukolilo campus for those faculties. In 1981, the construction of Sukolilo campus was partly done. The first step of Sukolilo campus construction was done at 27 March 1982.
In 1983, ITS experienced the change in organizational structure following Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1980. Based on Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1981 and  Keputusan Presiden No. 58 tahun 1982, ITS became to have only five faculties, namely Faculty of Industrial Engineering, Faculty of Naval Architecture and Shipbuilding Engineering, Faculty of Civil Engineering and Planning, Faculty of Mathematics and Science, and Faculty of Non-Degree Technology (Non-degree programs).
Since 1991, ITS became to have four faculties, namely  Faculty of Mathematics and Science (FMIPA), Facult y of Industrial Technology (FTI), Faculty of Civil Engineering and Planning (FTSP), and Faculty of Naval Technology (FTK). The departments within the Faculty of Non-Degree Technology were integrated into similar departments in Faculty of Industrial Technology and Faculty of Civil Engineering and Planning. Besides that, ITS also has two polytechnics, namely   Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) dan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS).
In 1994, ITS received fund from ADB as much as $ 47 million for the development of all faculties which were focusing on naval technology. This program finished on April 2000. Besided that, ITS also received the fund from German government/GTZ (1978-1986) for the development of Faculty of Naval Architecture and Shipbuilding Engineering.
In 2001, based on SK Rektor tanggal 14 Juni 2001, ITS established the new faculty, namely Faculty of Information Technology (FTIF) which consists of two departments, namely Informatics Engineering and Information System.  
10.  Universitas Gunadarma    Indonesia is continually facing the wave of computerization, this happened to be the answer of a question about the needs of computer education for the nation. Hence, in August 7th 1981 a computer education program was launched by the name of Computer Science Education Program. This program provides not only a course deals with computer utilization but also a high education institution that deepen the knowledge of computer science. The proof showed an improvement, thus, a foundation of Mathematics Research Operation and System Analyst Development was formed to accommodate Computer Science Education Program that later turned out to be Indonesia Computer Science Academy. The road to perfection hadn’t stopped yet; the academy was raising level to a High School. For the intention, the school must have the same name as the Foundation’s that runs it. Eventually by the date of August 14th 1984, Kopertis III consolidated the name Gunadarma Computer and Informatics Management High School (STMIK Gunadarma) along with the name of Gunadarma Education Foundation. The name of “Gunadarma” was chosen the inspirational thoughts of an architect that built one of “Seven World of wonder”, that is Borobudur Temple, by the era of Syailendra dynasty. More over, Gunadarma means also a sincere intention of dedication to the society through a high school. STMIK Gundarma was located in Jalan Salemba Raya 53, Jakarta. A year after the consolidation, Department of Education and Culture gave a status of “terdaftar” (listed) to STMIK Gunadarma through a decree of Minister of Education and Culture number 0424/0/1985 for Diploma 3 and Strata 1 title, in October 5th 1985. The world of computer education that infects business world has proven to be interesting for public. The enthusiasm made the campus could not accommodate any longer until finally STMIK Gunadarma opened its new campus in Pondok Cina, Depok. More over, the quality of education was improved to accommodate public demands. This achievement ought STMIK Gunadarma into the status of “disamakan” (equalized) through the decree of Minister of Education and Culture number 0490/0/1989 in August 1989. The success doesn’t stop here; the foundation produced another high school named Gunadarma Economic High School (STIE Gunadarma) in January 13th 1990 with its main program is Economic Science divided into the majors of Management and Accounting emphasized in computer application. By the decree of General Director of DIKTI number 92/Kep/Dikti/1996 dated April 3rd 1996, these two high schools were merged into GUNADARMA UNIVERSITY. This merger was intended to create a huge basis to anticipate the future by producing professional, reliable successors in the basis of information technology for the nation facing the globalization

10 Universitas Terbaik di Indonesia

 
KELAS KATA © 2015 - Designed by Templateism.com | Distributed By Blogger Templates